Jumat, 16 Januari 2015

Apa itu HI?

Penasaran Ada Apa di Jurusan Hubungan Internasional?


- Hubungan Internasional, jurusan apa tuh?


Hubungan Internasional, merupakan salah satu ilmu sosial (social science) yang bermula di Eropa tepatnya di London School of Economics, Inggris. Dalam dunia internasional, jurusan ini kenal juga dengan International Studies, International Relations, dan Global Affairs.

Di Indonesia pertama kali jurusan ini ada sejak tahun 1950-an di Universitas Gadjah Mada (Sebastian & Lanti 2000 dalam Joko Susanto).

Kini institusi pendidikan yang menyediakan jurusan hubungan internasional semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah peminatnya. 

Tidak sedikit yang menyingkat Hubungan Internasional dengan HI. Selain itu, lulusan sarjana ilmu HI biasanya menyandang gelar S.IP, S.Sos, S.Hub. Int atau tergantung dari kebijakan masing-masing Universitas.


- Apa yang dipelajari dalam jurusan HI?


Yang dipelajari dalam jurusan hubungan internasional diantaranya menyangkut pembuatan kebijakan, teori hubungan internasional, aktor-aktor internasional, keamanan dan perdamaian internasional, regionalisme, organisasi internasional, studi strategis, studi perdamaian, politik internasional, ekonomi internasional, globalisasi dan isu-isu global, ekonomi politik internasional, hubungan internasiona, politik identitas, studi kawasan Eropa, Amerika, Australia dan Pasifik, Timur Tengah, Asia dan banyak lagi :D


- Mengapa hubungan internasional mengasyikkan?


  • Kamu berpotensi mendapatkan akses dan jejaring secara nasional dan internasional. Nasional melalui Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional Se-Indonesia (FKMHII), pembahasan lebih lanjut mengenai FKMHII akan ada pada tulisan saya selanjutnya.
  • Kamu bisa mengembangkan kemampuan berbahasa. Bukan hanya bahasa Indonesia namun juga second, third foreign language. Saat menempuh pendidikan di Paramadina para siswa dibebaskan untuk  memilih second foreign language bahasa Jepang, Mandarin, Perancis atau Arab


- Apa saja profesi bagi lulusan HI?


Dalam bisnis dan akademis, sangat luas kesempatannya dengan syarat dan ketentuan berlaku*, mengapa? mari kita simak profesi yang bisa dilakukan bagi lulusan HI dahulu, syarat dan ketentuan berlakunya ada di bawah.


  • Negosiator: biasanya PR, pelobi, marketing
  • Diplomat - impian banyak orang untuk ditempatkan di berbagai negara atau organisasi internasional
  • Peneliti
  • Politisi/policy maker/birokrat
  • Media : jurnalis, wartawan
  • Translator
  • Akademisi : dosen, guru
  • Konsultan
  • Aktifis Non Governmental Organization (NGO)/ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), International Non-Governmental Organization
  • Staff ahli pemerintahan
  • Pengusaha/entrepreuner/wiraswasta


- Di mana saja jurusan hubungan internasional dapat diambil?


1. Institut Ilmu Sosial Politik (IISIP)

2. Universitas Airlangga

3. Universitas Andalas

4. Universitas Al-Azhar Indonesia

5. Universitas  Al Ghifari

6. Universitas Brawijaya

7. Universitas  Budi Luhur

8. Universitas Cenderawasih

9. Universitas Gadjah Mada

10. Universitas Hasannudin

11. Universitas Indonesia

12. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

13. Universitas Islam Negeri Surabaya

14. Universitas Jayabaya

15. Universitas Jember

16. Universitas Jenderal Ahmad Yani

17. Universitas Katholik Parahyangan

18. Universitas Komputer Indonesia

19. Universitas Kristen Indonesia 

20. Universitas Muhammadiyah Jakarta

21. Universitas Muhammadiyah Malang

22. Universitas MUhammadiyah Jogjakarta

23. Universitas Mulawarman

24. Universitas 45 Makassar

25. Universitas Nasional

26. Universitas Padjajaran


- berhubung ini almamater saya, maka dengan senang hati akan saya promosikan.

Keunggulan & konsentrasi UNiverasitas Paramadina terdapat pada kajian ASEAN- second foreign language. Paramadina juga memiliki Graduate School of Diplomacy Pertama di Indonesia, setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti mata kuliah anti korupsi. Suasana belajar yang kondusif, maksimal siswa 30 orang perkelas dan hubungan antara siswa dan dosen seperti bersahabat dan kekeluargaan.

28. Universitas Pasundan

29. Universitas Pelita Harapan

30. President University

31. Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta

32. Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jogjakarta

33. Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama

34. Universitas Rab Tabrani

35. Universitas Riau

36. Universitas Satya Negara Indonesia

37. Universitas Sains dan Tekhnologi Jayapura

38. Universitas Slamet Riyadi Surakarta

39. Universitas Sumatera Utara

40. Universitas Udayana

41.Universitas Wachid Hasyim 


- Siapa saja yang bisa mengambil jurusan Hubungan Internasional?


Tanyakan pada diri kamu sendiri,

1. Apakah kamu suka dengan isu-isu nasional yang berhubungan dengan isu internasional?

2. Apakah kamu tertarik untuk memperkenalkan budaya dan identitas indonesia dan mempelajari budaya luar?

3. Apakah kamu sering bertanya-tanya mengapa di satu sisi ada negara yang miskin, ada pula negara yang kaya dan  ingin ikut membantu mencarikan solusinya?

4. Apakah kamu suka bernegosiasi, berdiskusi dan mengenai aturan-aturan internasional?

5. Apakah kamu suka mengamati bagaimana terdapat ketergantungan antara suatu negara dengan negara lain?

6. Apakah kamu ingin tahu apa yang sedang terjadi di belahan bumi lainnya pada waktu yang sama?

7. Kamu ingin mewakili Indonesia atau komunitasmu pada suatu pertemuan internasional?


Jika kamu menjawab ya pada salah satu pertanyaan di atas, maka pertimbangkanlah untuk memilih jurusan hubungan internasional.


- Kapan pendaftaran jurusan HI?


 Kamu bisa buka website universitas2 di atas, kamu bisa mulai berburu jurusan HI di Indonesia sejak  kamu lulus, dan mempersiapkan hal-hal yang kamu butuhkan.

Pilih Universitas yang sesuai dengan kamu, apa kamu suka belajar dengan banyak siswa atau tidak, lalu penjurusan yang terdapat di kampus tersebut.



- Bagaimana agar saya diterima di jurusan hubungan internasional?


ini kembali lagi kepada syarat seleksi Universitas,

ada yang mensyaratkan psikotest dan TOEFL, kamu perlu lebih rajin untuk mencari tahu alumni-alumni atau senior yang pernah menempuh studi dan meminta tolong mereka untuk share pengalaman, yakin deh anak HI itu senang berdiskusi dan berbagi dengan orang lain.


*Nah, yang tak kalah penting adalah syarat ketentuan berlaku berikut ini


- Bagaimana cara agar kamu merasa betah/tidak tersesat/tidak salah jalan mengambil jurusan hubungan 

internasional?


Yaitu dimulai dari tekad kamu!

Bahwa kamu merasa kamu dibutuhkan dan memiliki kapabilitas untuk menjadi orang yang mengetahui HI dan dapat berkontribusi setelah kamu mendapatkan ilmu tersebut

Cari passion/jiwa, hobi, kesukaan kamu.

Memang tidak semua mata kuliah yang diberikan dapat memuaskan hati kamu, akan tetapi dengan mempelajari secara utuh, tentunya pemahaman kamu akan menjadi utuh pula.

Menuntut ilmu, mengamalkan dan membaginya tentu merupakan rangkaian yang menarik, selama kita bersungguh-sungguh


- Berapa lama waktu studi?


Seperti halnya studi S1 di Indonesia, itu jika kamu mengambil penuh dan ingin mendapatkan gelar cumlaude, setidaknya kamu menyelesaikan studi maksimal 4 tahun. Nah, di Paramadina tidak sedikit mahasiswa yang sudah menyelesaikan studi selama 3,5 tahun. Selah masa studi tersebut dapat kamu manfaatkan untuk kegiatan peningkatan kapasitas diri lainnya seperti ikut training, menjadi volunteer, les bahasa atau segera membangun karir.

Tapi ingat, indikator kesuksesan kamu setelah menyelesaikan studi hubungan internasional bukan sebatas pada gelar dan IPK (GPA) saja, karena mengingat kata-kata Bapak Anies baswedan bahwa IPK itu hanya mengantarkan anda pada tahap wawancara. Selebihnya bagaimana anda mengembangkan jiwa leadership dan aktif selama masa kuliah, bukan hanya di dalam kampus, tetapi juga di luar kampus dengan bergabung ke beberapa komunitas, organisasi, dan intitusi.


- Berapa saya harus membayar untuk studi?


Ini juga kembali kepada kebijakan kampus,

Bahkan jika kamu mau banyak beasiswa yang tersedia baik setelah kamu masuk maupun sebelum kamu masuk. Nah, Alhamdulillah saya juga mendapatkan beasiswa di Universitas Paramadina. Universitas  Paramadina mencarikan donor untuk para penerima Paramadina Fellowship dan melakukan seleksi, lebih jelas soal Paramadina Fellowship 2014, kamu bisa buka websitenya, dan bagaimana tips mengikuti test Paramadina Fellowship, kamu bisa buka link berikut Tips Mengirim Berkas Paramadina Fellowship


Nah, readers secara garis besar tulah apa yang ada di Hubungan Internasional, semoga bermanfaar dan memotivasi kamu yaa
sumber : http://sayangkalyantiga.blogspot.com/2013/12/penasaran-ada-apa-di-jurusan-hubungan.html

Selasa, 13 Januari 2015

Perguruan Tinggi Negeri, Swasta dan Kedinasan

Suatu hari, saya ditanya oleh seorang teman, yang intinya bertanya seperti ini “Mengapa STTN-BATAN yang berstatus kedinasan tidak berikatan dinas?”. Untuk memperjelasnya agar tidak terjadi salah penafsiran, saya mencoba memposting tulisan ini. Jika anda seorang rektor, dosen ataupun mahasiswa seperti saya, tulisan ini mungkin tidak berarti apa-apa. Tetapi jika anda masih seorang siswa SMA atau lulusan SMA/SMK yang ingin melanjutkan kuliah, saya sarankan untuk membaca tulisan ini, sebagai panduan untuk memilih perguruan tinggi idaman anda.

Di Indonesia, Negara yang kita cintai ini, perguruan tinggi sudah banyak tersebar di seluruh penjuru tanah air. Perguruan-perguruan tinggi itu dapat di kelompokkan menjadi 3 golongan besar. Yaitu, perguruan tinggi negeri (PTN), perguruan tinggi swasta (PTS) dan perguruan tinggi kedinasan (PTK). Mari, kita bahas satu-persatu gologan-golongan tersebut. 

1. Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
Tidak berbeda dengan namanya perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Perguruan ini tersebar secara merata di setiap provinsi di seluruh Indonesia. Misalnya, di jogja ada Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), di papua ada UNCEN dan UNIPA, di Surabaya ada ITS dan UNESA, di bandung ada UNPAD, IPB dan ITB. Karena berstatus PTN, maka dalam system kerjanya (kebijakannya) perguruan tinggi seperti ini masih ada sedikit campur tangan pemerintah (walau kurang begitu dominan). Adapula perguruan tinggi negeri yang bernuansa agamais seperti UIN (universitas islam negeri) sunan kalijaga di jogja dan UIN Syarif Hidayatullah di jakarta. Bidang ilmu yang diselenggarakan perguruan tingi negeri ini begitu luas. Tinggal anda sbagai mahasiswa yang memilihnya. PTN juga biasanya berdiri atas keputusan MenDik Nas.

2. Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
PTS adalah perguruan tinggi yang brada di bawah naungan instansi swasta, biasanya berupa yayasan. Yayasan ini dapat biasanya dimiliki oleh BUMN, TNI atau bahkan benar-benar milik pihak swasta. Saat ini perguruan ini tersebar secara merata di setiap kota di seluruh Indonesia. Jumlahnya bahkan jauh melebihi perguruan tingi negeri. Misalnya, di jogja ada Atmajaya, AMIKOM, AKAKOM, Mercubuana dan lain sebagainya. Karena berstatus PTS, maka dalam system kerjanya (kebijakannya) perguruan tinggi seperti ini benar dari pihak pemilik yayasan. Tidak berbeda dengan perguruan tinggi negeri, Bidang ilmu yang diselenggarakan perguruan tingi negeri ini begitu luas. Tinggal anda sebagai calon mahasiswa yang memilihnya. PTS berrdiri atas keputusan pemilik yayasan.

3. Perguruan Tinggi Kedinasan
Perguruan tinggi kedinasan adalah perguruan tinggi yang berada dibawah naungan Departemen atau Lembaga non departemen (Badan) milik pemerintah atau negara. Tidak seperti PTN yang tersebar secara merata di setiap provinsi di seluruh Indonesia, jumlah PTK sangat terbatas (lebih sedikit dibanding PTN dan PTS). Karena berstatus PTK, maka dalam system kerjanya (kebijakannya) perguruan tinggi seperti sangat dipengaruhi oleh campur tangan pemerintah (sangat dominan). Bidang ilmu yang diselenggarakan perguruan tingi kedinasan ini sempit tergantung berada di bawah naungan lembaga apa perguruan tinggi kedinasan tersebut. Misalnya STTN –BATAN merupakan perguruan tinggi kedinasan yang berada di bawah naungan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Bidang ilmu yang di selenggarakan PTK ini hanyalah di sekitar bidang nuklir yaitu Tekofisika Nuklir dan Teknokimia Nuklir.

Adapun Perguruan Tinggi Kedinasan ini dapat di bagi lagi menjadi 2 yaitu :

a. Perguruan Tinggi Kedinasan ikatan dinas
Perguruan Tinggi Kedinasan yang berikatan dinas adalah perguruan tinggi yang berada dibawah naungan Departemen atau Lembaga non departemen (Badan) milik pemerintah atau Negara, dimana lulusan perguruan tinggi ini memiliki ikatan dinas yang berarti harus bekerja dan mengabdi pada lembaga yang menaungi perguruan tinggi ini dalam selang waktu tertentu (biasanya berstatus PNS). Karena, lulusannya akan menjadi abdi Negara, maka orang-orang yang sekolah / kuliah di tempat itu adalah orang-orang pilihan. Dimana proses seleksinya sangat ketat. Sebagai contoh dalam pengalaman penulis, yang pernah mengikuti seleksi calon praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) , seleksinya terbagi menjadi dua yaitu seleksi tingkat kabupaten dan seleksi tingkat provinsi. Seleksi itu meliputi seleksi administrasi, tes bakat skolastik, tes kesehatan 1 dan 2, kesemaptaan, akademik , dan penentuan akhir .
Adapun contoh PTK ikatan dinas seperti Akademi Angkatan Udara dibawah TNI AU, Akademi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di bawah Badan Meteoroloi klimatologi dan geofisika, Institut pemerintahan dalam negeri IPDN di bawah departemen dalam negeri dan lain sebagainya.

b. Perguruan Tinggi Kedinasan non katan dinas
Perguruan Tinggi Kedinasan non ikatan dinas adalah perguruan tinggi yang berada dibawah naungan Departemen atau Lembaga non departemen (Badan) milik pemerintah atau Negara, dimana lulusan perguruan tinggi ini tidak memiliki ikatan dinas yang berarti bebas untuk memilih tempat diman ia akan bekerja kelak. Kita ambil contoh STTN BATAN, lulusan STTN -BATAN dapat memilih apakah ingin bekerja sebagai PNS di BATAN atau BAPETEN atau menjadi karyawan swasta di berbagai perusahaan yang bergerak atau berhubungan dengan iptek nuklir. Seperti pada PTK yang berikatan dinas, PTK non ikatan dinas pada umumnya berdiri atas keputusan presiden. STTN-BATAN sendiri berdiri atas keputusan prsiden dan diresmikan oleh MenRisTek Bpk. Hatta Radjasa pada ahun 2001 silam.
Adapun STTN dahulu pada tahun 80an bernama Pendidikan Ahli Teknik Nuklir (PATN) dengan jenjang D3 dan berstatus ikatan dinas. Namun sejak tahun 2001 PATN berubah bentuk menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) di bawah BATAN dengan jenjang D4 atau setara S1 tetapi tidak berikatan dinas. Tetapi jangan khawatir, menurut info dari dosen lulusan STTN selalu mendapat kuota di BATAN. Tentunya lulusannya harus yang berkompeten.

Untuk info mengenai daftar PTN, PTS dan PTK lainnya dapat di lihat di http://ptn-pts.info.


sumber : http://asatrio.blogspot.com/2010/01/perguruan-tinggi-negeri-swasta-dan.html

Tingkatkan Kualitas Universitas Perguruan Tinggi di Indonesia : Jangan Hanya Menghasilkan Sarjana Kertas


Dalam pidatonya pada peresmian penerimaan mahasiswa baru ITB 2008-2009, Rektor ITB, Prof. Dr. Djoko Santoso, mewanti-wanti agar lulusan perguruan tinggi tidak menjadi "Sarjana Kertas" (Pikiran Rakyat, 14/08/08). Sarjana kertas adalah bukan dalam pengertian sarjana yang ahli membuat kertas, sehingga bisa kerja di pabrik pulp Indah Kiat. Tapi yang dimaxud sarjana kertas adalah sarjana yang lulus hanya karena ijasah tanpa disertai kemampuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya di perguruan tinggi tempat dia belajar. Beliau mengingatkan bahwa mahasiswa jangan hanya mengejar kertas ijasah, tetapi harus mengembangkan kapasitas. "Sarjana harus memiliki kapasitas yang cukup untuk berbuat kebaikan" tutur Rektor ITB tersebut.

Ada yang menarik dari pernyataan pak rektor ini. Bahwa ukuran kesarjanaan seseorang itu ternyata bukan dari kertas ijasahnya, namun dari kapasitasnya untuk berbuat kebaikan. Jadi kalau banyak lulusan perguruan tinggi yang menjadi koruptor, atau terlibat dalam kasus korupsi, ini sama artinya bahwa perguruan tinggi di Indonesia belum banyak yang berhasil menelorkan sarjana. Perguruan tinggi di Indonesia baru berhasil membagikan ijasah kelulusan karena yang bersangkutan telah menyelesaikan seluruh proses pembelajaran di perguruan tinggi tersebut. Masalah apakah bahan pelajarannya sudah dikuasasi dan terinternalisasi pada si calon sarjana, itu urusan lain. Jadi, apakah si lulusan telah menjadi sarjana atau belum, ternyata tidak dijamin oleh perguruan tinggi yang meluluskannya. What Indonesian Students!

Masalah kapasitas berbuat baik ini, nampaknya menjadi masalah besar bangsa ini. Meskipun dalam buku-buku sejarah dan peradaban, bangsa Indonesia disebut-sebut sebagai bangsa yang berbudaya, baik budi, dan tidak sombong, jagoan lagi pula pintar (si boy kaleeee!), ternyata dalam prilaku kesehariannya sangat jauh dari label ini. Prilaku kucing garong, kunyuk, dan musang berbulu domba, ternyata sudah mewabah di sini. Saya hanya bisa prihatin ketika salah satu ex mahasiswa saya, terlibat kasus korupsi milyaran rupiah, hanya setelah 2 tahun lulus dan bekerja di perusahaan berskala nasional. Sekali lagi, kapasistas berbuat baik ini, memang yang harus menjadi perhatian kita semua, ketika akan memberikan label sarjana kepada seseorang. Ketika, saya membaca pemberitaan kasus korupsi ex mahasiswa tadi di Koran, saya memang sempat mengingat-ngingat prilaku beliau semasa kuliah. Ada beberapa kenakalan yang nampaknya menjadi bakat terpendam dari beliau: (i) pernah memalsukan bukti lunas pembayaran SPP, padahal beliau belum bayar; (ii) pernah merengek dan menangis tersedu-sedu memohon untuk diluluskan ketika dalam sidang skripsinya dinyatakan harus redefense.

Saya bukannya mau memberikan label buruk kepada seseorang, namun hanya ingin memberikan fakta, bahwa kebiasaan untuk berbuat tidak baik, ternyata merupakan kecenderungan. Artinya track record seseorang itu, tetap harus menjadi pertimbangan utama dalam menilai seseorang. Bibit, bebet, bobot, memang kriteria jitu yang diajarkan oleh para orang tua kita dalam menilai kapasitas seseorang.

Balik lagi kepada masalah sarjana kertas tadi, ini memang bisa jadi merupakan sumber utama dari carut marutnya negeri kita. Kalau aparat penegak hukum ikut korupsi, mungkin SH nya SH kertas. Kalau bankir terlibat suap, mungkin SE nya SE kertas. Kalau insinyur memanipulasi spek, mungkin STnya ST kertas. Kalau dokter, ikutan malpraktek, membantu aborsi pelaku seks bebas, mungkin dokternya dokter kertas. Kalau dosen bisanya cuma nakut-nakutin mahasiswa, sok killer tapi ngajarnya jelek, bikin penelitian tapi nyontek. itu namanya dosen kertas juga.

Sistem pendidikan kita yang berorientasi pada kuantitas lulusan, nampaknya tidak berhasil menciptakan orang-orang yang mampu berbuat baik. Kita terlalu picik menterjemahkan amanat UUD 45 bahwa pendidikan menjadi hak semua negara, dengan mengeksekusi bahwa semua murid harus lulus UAN atau Kejar Paket C. Dan semua yang sekolah di perguruan tinggi harus lulus, tidak boleh DO. Sehingga untuk lulus saja murid ditoleransi atau diperbolehkan untuk menyontek serta didukung oleh guru-guru, oleh pajabat dinas pendidikan, bahkan oleh bupatinya. Prilaku terpuji yang ditunjukkan oleh murid yang tidak menyontek dan guru yang tidak berkompromi, malah dianggap oknum yang akan mencoreng prestasi sekolah. Sungguh bangsa yang aneh …

Jadi bagaimana bisa jadi sarjana, dan mau serta mampu berbuat baik kalau didalam proses pendidikannya saja, ketidakjujuran sudah merupakan elemen yang secara implisit memang eksis. Adanya jokey dalam ujian saringan, ujian mata kuliah, pembuatan skripsi, tesis, dan disertasi, semakin melengkapi miringnya kualitas pendidikan bagi bangsa ini. Jadilah segalanya komplit, pake telor……… Pertanyaannya apakah ini bisa diperbaiki dan dibenahi? Tentu saja bisa! Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Probability selalu ada……. Yang penting harus dimulai dengan adanya willingness dulu.

Apa yang harus dilakukan agar tidak menjadi sarjana kertas? Ada beberapa hal yang perlu dikerjakan, yaitu:

Laksanakan dengan konsisten, seruan untuk berbuat baik, mulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya: tidak membuang sampah sembarangan, tidak merokok di tempat umum, sopan dalam berlalulintas, tidak menyerobot, tidak main terabas, dan rajin-rajin mentraktir orang kalau memang punya duit. Belajarlah untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Tapi jangan menggesek kartu kredit melebihi kemampuan, karena kalau sudah dikejar-kejar debt kolektor, anda akan menyulitkan semua orang.

Biasakan diri untuk bertanggung jawab. Jangan lempar batu sembunyi tangan. Lebih baik lempar uang segepok, dan sambil bersorak-sorak kegirangan. Orang akan menyangka anda baru dapet undian berhadiah atau warisan, atau bisa juga orang menganggap anda gila! Pokoknya, jangan meninggalkan masalah untuk orang lain, mulai juga dari hal yang kecil. Misalnya: memelihara kesehatan diri, membantu kesulitan keluarga, membantu kesulitan tetangga, memelihara dan memperbaiki lingkungan sekitar.

Ikuti proses belajar dengan lengkap. Jangan membiasakan diri pake jockey absen. Kuasai materi pembelajaran dan sasaran keterampilan yang ada dalam setiap perkuliahan. Kerjakan tugas-tugas dengan kekuatan sendiri. Jangan biasanya copy paste dari pekerjaan orang lain. Copy paste adalah latihan korupsi yang paling sederhana dan tidak terasa. Latihan untuk tidak menghargai karya cipta orang lain ini kalau terbawa terus, akan membawa anda menjadi pelaku kriminal. Minimal anda nanti akan direkrut oleh mafia pelaku penggandaan CD lagu-lagu kompilasi atau DVD porno. Jadi hindari kebiasaan itu semaksimal mungkin

Kalau sudah lulus, buktikan bahwa anda seorang sarjana. Tunjukkan kemampuan berbuat baik, melamarlah pada posisi-posisi dimana anda memang dapat mengerjakannya dengan baik, karena anda punya keterampilannya. Jangan merengek-rengek minta pekerjaan pada bidang yang tidak mampu anda kerjakan. Jangan juga kasak-kusuk nyogok atau menyuap demi masuk bekerja pada satu instansi, sampe-sampe harus kehilangan sebuah mobil dan uang ratusan juta. Kalau ingin bekerja mapan di Perusahaan bergengsi, lebih baik berusaha dari bawah, tanpa kenal menyerah.

Kalau masih menganggur juga, jangan menyalahkan perguruan tinggi tempat anda belajar. Orang tidak mempekerjakan anda bukan karena perguruan tingginya, tapi karena memang kompetensi dan kemampuan anda memang masih dianggap kurang. Jadi belajar dan kembangkan terus kemampuan anda, sampai orang mengakui bahwa anda memang asset buat mereka, bukan liabilities yang akan jadi beban. Rajin-rajinlah latihan panjat pinang, atur strategi yang matang. Kalau masih menganggur juga, sampai dengan 17 agustus tahun depan, anda bisa mengais rejeki dari lahan panjat pinang ini. Di Bandung saja ada ribuan panjat pinang pada setiap 17 Agustus, kalau pangsa pasar anda 10 % saja kan lumayan. Jangan lupa konsultasi kepada Tika Project P.

Kalau lingkungan dan lapangan pekerjaan masih belum juga menerima anda, cobalah membuktikan kemampuan diri dengan bekerja pada diri sendiri. Berkaryalah pada usaha yang dibangun sendiri. Ini merupakan ajang pembuktian yang paling sederhana, bahwa anda memang sudah memiliki kualitas sarjana. Kalau anda mampu berkerja dan berguna bagi diri sendiri, berarti anda sudah berbuat baik bagi diri sendiri, dan tidak menjadi beban orang lain. Itu sama dengan anda sudah menjadi "the real sarjana", bukan sarjana kertas lagi.

sumber : http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Tingkatkan%20Kualitas%20Universitas%20Perguruan%20Tinggi%20di%20Indonesia%20:%20Jangan%20Hanya%20Menghasilkan%20Sarjana%20Kertas&&nomorurut_artikel=281

Sesi pengambilan gambar sesaat setelah selesainya pengambilan gambar oleh DECO untuk pembuatan Buku Tahunan Siswa

Kegiatan pelaksanaan bazar Makanan Khas Daerah sesaat sebelum acara Festival Merah Putih The Voice of The Archipelago of SMAN 106 JAKARTA, yang diikuti oleh seluruh siswa/i SMAN 106 JAKARTA

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan foto bersama anak-anak seangkatan dengan membentuk anka 22 yang merupakan simbol dari Angkatan 22 tahun 2015





Dua orang siswi SMAN 106 yang sedang menarikan tari daerah Bali